profilin.org – Xi Jinping adalah salah satu tokoh politik paling berpengaruh di dunia saat ini. Sebagai Presiden Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok (PKT), Xi memimpin negara dengan jumlah penduduk terbesar dan salah satu ekonomi terbesar di dunia. Artikel ini akan mengulas perjalanan hidup,berita terbaru visi kepemimpinan, kebijakan domestik, hingga dampak global dari kepemimpinannya.

Baca Juga: Bobby IKON: Perjalanan Karier dan Kontribusinya dalam Industri K-Pop

Awal Kehidupan dan Karier Politik

Xi Jinping lahir pada 15 Juni 1953 di Beijing. Ia merupakan putra Xi Zhongxun, seorang revolusioner veteran dan mantan wakil perdana menteri RRT. Latar belakang keluarganya yang berpengaruh berita viral di Partai Komunis membuka jalan awal bagi Xi untuk terjun ke dunia politik, meskipun keluarganya menghadapi tekanan besar selama Revolusi Kebudayaan.

Pada masa Revolusi Kebudayaan (1966–1976), Xi dan keluarganya mengalami pengasingan politik. Xi dikirim ke pedesaan di Provinsi Shaanxi untuk “belajar dari rakyat”. Pengalamannya di pedesaan memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan masyarakat miskin Tiongkok, yang kemudian memengaruhi kebijakan politiknya.

Setelah Revolusi Kebudayaan berakhir, Xi kembali ke Beijing dan bergabung dengan Partai Komunis Tiongkok pada tahun 1974. Ia mulai membangun karier politiknya, memegang berbagai posisi penting di tingkat provinsi, termasuk di Fujian, Zhejiang, dan Shanghai, sebelum akhirnya naik ke puncak kepemimpinan nasional.

Baca Juga: Rohidin Mersyah: Pemimpin dengan Dedikasi untuk Pembangunan

Naik ke Puncak Kepemimpinan

Pada tahun 2012, Xi Jinping terpilih sebagai Sekretaris profil selebriti Jenderal PKT, menggantikan Hu Jintao. Setahun kemudian, ia dilantik sebagai Presiden RRT. Sejak saat itu, Xi memusatkan kekuasaan di tangannya, membangun citra sebagai pemimpin kuat yang memperjuangkan kebangkitan Tiongkok di panggung global.

Xi dikenal sebagai pemimpin yang memperkenalkan konsep “China Dream” atau “Mimpi Tiongkok”, sebuah visi untuk membangun negara yang makmur, kuat, dan berpengaruh secara global.

Baca Juga: Darius Sinathrya: Aktor dan Presenter Berbakat Indonesia

Kebijakan Domestik

Kampanye Anti-Korupsi

Salah satu kebijakan domestik paling terkenal dari Xi adalah kampanye anti-korupsi. Sejak awal kepemimpinannya, Xi melancarkan operasi besar-besaran untuk memberantas korupsi di dalam Partai Komunis, militer, dan pemerintahan. Ribuan pejabat, termasuk pejabat tinggi, dijatuhi hukuman karena korupsi.

Meskipun kampanye ini mendapat dukungan luas dari masyarakat, beberapa kritik menyebutnya sebagai alat untuk memperkuat kontrol politik Xi dengan menyingkirkan lawan-lawan politiknya.

Reformasi Ekonomi

Di bawah Xi, Tiongkok terus berkembang menjadi kekuatan ekonomi global. Namun, Xi juga menekankan peran negara dalam ekonomi dan mendorong “kemakmuran bersama” untuk mengurangi kesenjangan antara kaya dan miskin.

Pemerintahannya telah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan sektor teknologi dan properti, yang dianggap terlalu dominan. Reformasi ini menciptakan tantangan baru bagi perusahaan, tetapi juga bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Penguatan Kontrol Sosial

Xi juga dikenal karena memperkuat kontrol sosial di Tiongkok. Di bawah kepemimpinannya, pemerintah memperkenalkan sistem pengawasan canggih, termasuk teknologi pengenalan wajah dan sistem kredit sosial yang mengukur kepercayaan warga negara berdasarkan perilaku mereka.

Selain itu, kebijakan keras terhadap wilayah seperti Xinjiang dan Hong Kong telah menuai kritik internasional terkait pelanggaran hak asasi manusia.

Baca Juga:Pentingnya Networking dalam Dunia Profesional

Kebijakan Luar Negeri

Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative)

Salah satu kebijakan luar negeri paling signifikan dari Xi adalah peluncuran Inisiatif Sabuk dan Jalan pada tahun 2013. Proyek ambisius ini bertujuan untuk membangun jaringan infrastruktur global yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Afrika, meningkatkan perdagangan, dan memperkuat pengaruh Tiongkok di dunia.

Meskipun proyek ini telah membawa investasi besar ke negara-negara berkembang, beberapa pihak mengkritik bahwa inisiatif ini menciptakan ketergantungan ekonomi dan utang yang berlebihan pada Tiongkok.

Pendekatan Diplomasi Agresif

Xi juga memperkenalkan pendekatan diplomasi yang lebih tegas, sering disebut sebagai “wolf warrior diplomacy.” Di bawah kepemimpinannya, Tiongkok lebih vokal dalam menghadapi kritik internasional dan menegaskan klaim teritorialnya, terutama di Laut China Selatan.

Kebijakan ini memperkuat posisi Tiongkok sebagai kekuatan global, tetapi juga meningkatkan ketegangan dengan negara-negara Barat dan tetangganya di Asia.

Perubahan Konstitusi dan Kepemimpinan Tanpa Batas Waktu

Pada tahun 2018, di bawah kepemimpinan Xi, Tiongkok menghapus batas masa jabatan presiden dari konstitusi. Langkah ini memungkinkan Xi untuk memimpin tanpa batas waktu, menjadikannya pemimpin paling kuat sejak Mao Zedong.

Perubahan ini memicu kekhawatiran tentang kembalinya otoritarianisme di Tiongkok, tetapi para pendukung Xi berpendapat bahwa langkah ini diperlukan untuk memastikan stabilitas dan kontinuitas dalam menghadapi tantangan domestik dan internasional.

Dampak Global Kepemimpinan Xi Jinping

Di bawah kepemimpinan Xi, Tiongkok telah menjadi pemain utama di panggung global. Kebijakan ekonomi dan diplomatiknya memperluas pengaruh Tiongkok di berbagai wilayah, termasuk Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Namun, hubungan Tiongkok dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, telah mengalami ketegangan. Perang dagang antara Tiongkok dan AS, isu hak asasi manusia, serta persaingan teknologi menjadi tantangan besar dalam hubungan bilateral kedua negara.

Kritik dan Tantangan di Dalam Negeri

Meskipun Xi memiliki dukungan besar di dalam negeri, kepemimpinannya tidak luput dari kritik. Kebijakan ketatnya terhadap pandemi COVID-19, yang dikenal sebagai kebijakan “nol COVID,” menuai protes dari masyarakat karena dampaknya pada ekonomi dan kehidupan sehari-hari.

Selain itu, kendali ketat pemerintah terhadap kebebasan berpendapat dan media juga menjadi sorotan. Para kritikus menilai bahwa pemerintahan Xi telah mempersempit ruang demokrasi dan kebebasan sipil di Tiongkok.

By admin

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *